
iSketsa,Boltim – Konsultasi publik terkait Rencana Pasca Tambang (RPT) di Blok Doup, Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang diselenggarakan oleh PT Arafura Surya Alam (ASA) selalu menuai sorotan
Sejumlah pihak, termasuk anggota DPRD Boltim dan aktivis lingkungan, menyoroti keterbatasan peserta yang diundang serta lokasi penyelenggaraan acara yang dianggap kurang tepat.
Padahal kegiatan serupa pada 30 Agustus 2024 sebelumnya juga mendapat kritik keras dari masyarakat terdampak, terutama Bayu Damopolii, seorang warga Desa Kotabunan yang aktif memperjuangkan hak-hak warga Panang.
Bayu kala itu menilai bahwa forum tersebut gagal mencapai tujuan yang diharapkan. Kali ini, kritik datang dari Anggota DPRD Boltim Revy Lengkong serta Aktivis Masyarakat Lingkar Tambang, Faizal Thayib.
Faizal Thayib mengecam pembatasan jumlah peserta dalam konsultasi publik ini. Menurutnya, masyarakat yang hadir sangat terbatas dan pemilihannya tidak melibatkan partisipasi luas dari warga terdampak.
“Yang diundang hanya lima orang per desa, itu pun ditentukan tanpa melibatkan masyarakat secara luas. Biasanya surat undangan hanya ditembuskan ke Sangadi (kepala desa), Sekdes, BPD, serta dua anggota masyarakat yang dipilih tanpa mekanisme yang jelas. Kami tidak diundang dan tidak tahu siapa yang hadir,” ungkap Faizal, dikutip dari Waktu.news.
Faizal menegaskan bahwa konsultasi publik harus melibatkan seluruh elemen masyarakat yang terdampak langsung oleh aktivitas pasca tambang, seperti tokoh adat, pemuda, tokoh agama, dan kelompok profesi yang terkena dampak.
Selain keterbatasan peserta, lokasi penyelenggaraan di Lantai III Kantor Bupati Boltim juga menuai kritik. Faizal menilai bahwa forum ini seharusnya digelar di wilayah terdampak langsung, seperti Kotabunan dan Bulawan.
“Baiknya lokasi konsultasi publik ini berada di daerah lingkar tambang yang terdampak langsung, bukan di kantor pemerintah yang jauh dari masyarakat terdampak,” tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Boltim, Sjukri Tawil atau yang akrab disapa Papa Utan, mengonfirmasi bahwa dirinya turut hadir dalam konsultasi tersebut. Mengenai pemilihan lokasi, ia menjelaskan bahwa itu merupakan permintaan dari pihak perusahaan.
Meskipun menganggap pelaksanaan konsultasi ini berjalan sukses, Papa Utan tetap memberikan catatan penting bagi PT ASA.
“Banyak masukan yang ingin kami sampaikan ke pihak perusahaan, tetapi sebagian besar telah disuarakan oleh peserta yang hadir. Kami juga menyarankan agar ke depan, perusahaan lebih terbuka dengan melibatkan masyarakat pemerhati lingkungan, aktivis, serta kelompok pecinta alam, terutama yang berada di desa lingkar tambang,”ujarnya.(Bas)